Friday, June 24, 2005

GADIS KECIL

GADIS KECIL

tapi di antara larik larik sajak ini
kau akan tetap kusiasati


cover cd gadis kecil Dan Sapardi terus menyiasati kita. Menyiasati dengan kata-kata "yang takkan letih-letihnya kucari". Lalu Dua Ibu pun menyiasati kita dengan nada-nada, dengan musik, dengan nyanyi. Album puisi-puisi Sapardi mereka, Gadis Kecil, sudah keluar. Cakram padat 11 lagu-puisi baru dan lama yang dipoles ulang. Saya menonton pertujukannya malam tadi di Warung Apresiasi, Bulungan itu, seperti 2003 lalu. Dengan hujan yang parah begitu teng 19.30.

7 lagu baru. Empat lagi diambil dari album-album sebelumnya. Aku Ingin. Ah, ya. Ini puisi lagi. Amat tenar. Technorati mencatat setidaknya 167 blog pernah memuat sajak ini. Saya curiga lebih. Kata Nana Soebi--penyanyinya itu--karena lagu ini, "saya jadi tahu ada blog". Bersyukurlah para blogger, ada satu pengunjung yang setia mengklik alamat-alamat catatan kita lalu membacanya dengan saksama. Dan lagu ini, di album ini, jadi lebih dahsyat dengan tambahan biola yang menyayat-nyayat.

Ini album cukup variatif. Ada Hutan Kelabu dalam Hujan yang membangkitkan kenangan patah cinta, pada kabut yang lembut, hujan yang muram. Melodi flute membikin kita "terpojok" dalam kenangan itu. Musiknya seberhasil Dalam Sakit di album Hujan Bulan Juni: "musik" di belakang puisi itu bangkit begitu nyata, begitu kena. Atau Nokturno yang purnama, Dalam Bus dan Sajak-sajak Kecil Tentang Cinta yang rancak.

Dua lagu terakhir enak buat goyang atau mengetuk-ngetukan telapak sepatu. Dan memang, dalam bunyi bas yang menggelinding, setelah nada jadi menakik, setelah ritme bertambah cepat, Sajak Kecil berhenti dengan serempak. Perut saya kenyang, tapi mulut masih meminta ketika lagu ini dimainkan dua kali di Bulungan itu.

Sapardi ada juga. Dia hanya membaca satu sajak, Dalam Doaku. Semestinya dia memang hanya membaca. Ia ikut menyanyi, saya tak yakin penonton akan bertahan di kursinya :-)). Juga Ags Arya Dipayana, penggubah sajak-sajak Sapardi selain Umar Muslim, membaca sajak Pada Suatu Hari Nanti yang penggalannya saya kutip di atas.

Saya berharap lagu dari album Hujan Dalam Komposisi ini dinyanyikan. Saya suka, anak saya amat menyukainya. Ia bisa langsung tidur dengan tenang dan nyaman ketika saya gendong sambil menembang lagu ini. Ia mungkin tak peduli dengan suara sember bapaknya.

Mendengarkan lagu-lagu ini dari cakram padatnya kita akan lebih tersiasati lagi. Saya hanya merasa vokal Nana dan Reda lebih prima. Meski tak terlalu terasa dalam pertunjukannya, kecuali di toko buku QB Pondok Indah tempo hari itu--tanpa pengeras suara, hanya gitar kopong, lagu-lagu mereka terdengar lebih lembut ketimbang dalam rekamannya. Tapi tetap saja, di Bulungan itu, selama satu setengah jam itu, penonton telah tersiasati oleh lirik-lirik Sapardi. Tanpa dia, "musik" lagu-lagu ini takkan ada.