Monday, September 22, 2003

ANAK-ANAK




Setiap anak datang dengan membawa satu pesan Tuhan: bahwa manusia masih dipercaya meneruskan hidup. Itu kata-kata penyair India yang masyhur, Rabindranath Tagore. Penyair ini, begitu mencintai dunia anak-anak, dan menceritakan dengan menggugah di setiap syair dan ceritanya. Bagi Tagore, dunia anak adalah dunia yang tak menyimpan tanda tanya. Dunia yang apa adanya, terbuka, suci.

Tapi, apa yang tersirat dalam dunia setiap anak kini? Barangkali kita sulit merumuskan dunia anak yang hidup di zaman kekwahatiran para orang tua. Dunia anak adalah dunia yang sudah dirumuskan oleh mereka yang bukan anak-anak. Mereka dicetak untuk satu tujuan hidup yang menyenangkan, bukan memilih hidup yang menyenangkan.

Roland Barthes, leksikolog Prancis ini, menyebut bahwa orang dewasa seringkali menganggap anak adalah (se)orang dewasa yang lebih kecil. "Mereka menganggap dunia anak adalah tiruan dunia orang dewasa," kata Barthes. Pernyataan ini ditulisnya melalui sebuah esai pendek yang memikat berjudul Toys.

Lihatlah, kata Barthes, bagaimana orang-orang dewasa menciptakan mainan yang lebih kecil dari mainan orang dewasa. Mobil-mobilan, traktor, pesawat terbang, dan pelbagai mainan lainnya yang dimainkan pula oleh orang dewasa. Jadi apa bedanya dengan orang dewasa? Kita lupa bahwa anak-anak punya imajinasinya sendiri tentang dunianya.

Barthes mungkin salah, atau mungkin juga benar karena ia memotret mainan-mainan yang dipajang di toko-toko Paris. Dia salah karena sewaktu kecil saya malah sibuk dengan mencipta. Mainan kami adalah mainan yang dibuat sendiri. Mobil dari potongan kayu, atau kulit jeruk Bali, dengan roda bekas sandal yang dicetak bulat. Kali lain membuat orang-orangan dari lempung atau daun singkong. Lebih sering kami membuat wayang golek dari lempung. Kainnya kami jahit sendiri, lengannya kami buat sendiri. Dan wayang golek itu kami mainkan dengan kisah yang kami reka sendiri, misalnya, kami ingin punya lapang bola sendiri.

Kami bebas mengkreasi akan dibuat apa lempung-lempung itu. Meski pun mainan itu juga meniru dari objek yang sudah ada, paling tidak kami berusaha sendiri. Menginginkan mobil dari plastik yang bentuknya persis menyerupai bentuk aslinya, hanya jadi mimpi saja, karena selain mahal juga harus dicari ke kota. Orang-orang tua kami pasti tidak mau sengaja ke kota dengan ongkos mahal hanya beli mainan. Alih-alih dikabulkan, kami pasti kena marah.

Dunia anak adalah dunia yang tak ada tanda tanya, kata Tagore. Maka biarkanlah ia bertanya dan menikmati dunianya.

* untuk yang mau punya bayi

BDL, 21903