Tuesday, December 08, 2009

ANUGERAH ADIWARTA SAMPOERNA 2009










Ini kemenangan tim investigasi Majalah Tempo. Sebab dua artikel itu dikerjakan oleh begitu banyak orang. Yosep Suprayogi, Philipus Parera, Nunuy Nurhayati, Ismi Wahid, Ramidi, adalah orang-orang yang pernah sengsara mengerjakan dua liputan itu berbulan-bulan. Untuk merekalah penghargaan-penghargaan itu. Saya bangga pernah bergabung dengan orang-orang yang senantiasa bisa melucu di saat genting dan buntu menemukan fakta dan merangkai alur yang terputus dalam rimba cerita yang terserak.

Juga untuk Pak Lambang Babar Purnomo, seorang arkeolog yang tak pernah saya kenal semasa hidup tapi jadi begitu intim setelah beliau meninggal, dibunuh pada sebuah subuh karena kegigihannya menguak megaskandal pencurian benda purbakala. Saya bangga pernah menuliskan sekelumit perjuangan hidupnya. Hidup itu sebuah tugas, kata Pak Lambang kepada orang-orang yang dicintainya. Dan dia sudah menunaikan tugas itu dengan baik. Dialah yang layak mendapat tempat, layak untuk dicatat.

Wednesday, December 02, 2009

CERITA TENTANG SEBUAH NOTES




SIANG ini saya terkejut karena ada amplop putih berlogo Foreign Press Center tergeletak di meja kantor. Itu jelas amplop buat saya karena nama dan alamat kantor saya tertulis di sana. Saya kenal tulisannya: tulisan tangan Ota-san dari Nippon Press Center. Saya makin terkejut karena isinya notes dan pulpen yang tertinggal di restoran tradisional Jepang di Akasaka, Tokyo. Saya memang makan malam di sana dua pekan lalu.

Astaga. Bagaimana notes itu bisa kembali ke sini? Isinya tak terlalu penting. Hanya catatan belanja bulanan dan wawancara singkat dengan Kazuo Kodama, Dirjen Hubungan Eksternal Kementerian Luar Negeri Jepang. Ota-san pasti melihat cover notes itu yang berlogo majalah Tempo lalu mencocokkan dengan puluhan kartu nama tamu-tamunya pekan lalu. Cocoklah dengan nama saya dan mengirimkannya ke sini.

Ia memang pernah mengirim email mengabarkan soal notes itu. Saya bilang buang saja karena isinya tak penting. Eh, dia susah payah mengembalikannya. Saya tak henti terkagum-kagum bagaimana barang itu bisa kembali ke tangan saya dalam waktu cepat. Saya pernah ketinggalan topi dan sekotak kartu nama di sebuah restoran di Yogya. Barang itu tak kembali hingga kini...