Saturday, April 19, 2008

RUMUS TEPAT WAKTU

Kita seringkali lebih menghargai orang yang terlambat dibanding yang tepat waktu.
Di masjid-masjid, orang lebih mementingkan salat sunah dibanding salat wajibnya. Setelah semua selesai sunahpun, salat wajib kadang belum dimulai juga karena ada seseorang yang biasa jadi imam belum datang. Celakanya, sang imam itupun begitu datang masih sempat-sempatnya salat sunah. Padahal, ada ayat yang memerintahkan agar orang Islam segera salat begitu waktunya tiba.
Dalam undangan-undangan, saya sering menjumpai acara dimulai pukul 09.00 WIB. Prakteknya, acara baru mulai pukul 10.00 WIB. Itupun jika semua sudah datang. Jika ada satu undangan saja yang belum datang--apalagi orang penting--pembawa acara akan mengumumkan kita harus sabar menunggu kira-kira setengah jam lagi.

Teman saya juga melakukan hal yang sama. Tujuannya justru agar semua orang tepat waktu. Ia menulis pukul 15.00 WIB untuk jadwal keberangkatan bus pukul 16.00 WIB. Celakanya, dia sudah mengumumkan jadwal keberangkatan pukul 16.00 WIB itu sebelumnya. Maka sia-sialah upayanya. Besoknya, bus tetap berangkat pukul 17.00 WIB.

Jurus teman saya itu kini sudah jadi jurus yang umum. Sebagian kita (barangkali) baru berangkat pukul 19.00 untuk undangan pukul 19.00. Sebagian kita menduga bakal ada orang lain yang telat dari jadwal itu.

Akhirnya, semua saling menunggu, semua saling menyangka setiap orang akan telat. Kita berangkat telat agar begitu datang acara bisa langsung dimulai. Sebab, menunggu adalah pekerjaan paling menjengkelkan, meski kita tahu keterlambatan kita menyebabkan orang lain menunggu juga.

Ini hanya soal faktor tabiat, belum memasukkan variabel macet. Bagi orang Jakarta yang menghabiskan dua jam umurnya di jalan, menghadiri sebuah acara harus mengalokasikan waktu untuk menempuh macet.

Jika macet kira-kira dua jam, semestinya kita berangkat tiga jam sebelum acara dimulai. Nah, setelah ditambahkan unsur "malas menunggu" tadi itu, jadinya kita baru menuju tempat acara satu jam sebelum dimulai. Kita mengalokasikan telat sekitar satu jam.

Maka di Jakarta, alasan terhadang macet adalah alasan yang wajar dan tak akan ada yang diprotes. Kita sudah sama saling maklum soal rumus tepat waktu yang merupakan penjumlahan dari durasi macet + malas menunggu itu.

No comments: