TAMAN yang bisu, bangku-bangku kosong, tak ada deru klakson atau anak yang meniup harmonika. Burung-burung menjauh ke langit jenuh. Cuaca pun kesumba ketika udara menggetarkan bulu-bulu mata. Bahkan bunga-bunga ini, cintaku, tak lagi menghadang gerimis yang jadi kuning.
Kita pernah duduk di sini, menaja duka yang datang tiba-tiba. Barangkali memang tak ada yang kekal, kecuali sehimpun doa--seperti kau percaya bahwa lupa kelak membebaskan kita.