ANAK-anak punya imajinasi yang tak terbatas. Mika punya tiga teman khayalan yang tinggal di Silourenkins, sebuah desa entah di mana yang selalu dia ceritakan kepada setiap orang dengan antusias. Teman-temannya punya nama yang unik: Gor, Lok, dan Mot. Dari frekuensi penyebutannya, agaknya Lok yang paling dekat dan menjadi teman terbaik. Sebab, "Gor selalu nakal kalau main". Sementara Mot yang paling pendiam karena selalu ikut apa saja permainan teman-temannya.
Ketiganya suka naik angkutan kota, sebab Mika selalu terpesona pada moda angkutan ini. Ia hapal bentuknya, tulisan di kaca, bentuk jendela dan kaca spion, dashboard, stir, lagu-lagu, speaker, jenis lampu, cat, dan cara supir menyetirnya. Saya baru tahu dari dia bahwa angkutan kota di Ciomas atau Lampung punya ciri khas masing-masing. Angkot Zedap yang kacanya dibuka berdiri--bukan digeser-- dengan dahsboard kelihatan kabel-kabelnya itu selalu memutar lagu-lagu ST 12. Atau angkot Shagal yang selalu ngebut tapi punya lampu dan speaker yang bagus dan mewah. Kemarin sore saya membuktikannya.
Dan Gor, katanya, selalu ngebut jika nyetir angkot. Mereka sering main kejar angkot di lereng dan sawah. "Waow, aku pernah nyungsep di jurang...." Untuk teman khayalannya, saya selalu minta Mika mengenalkannya, dan ia selalu menjawab bahwa, "Itu hanya khayalan." Baiklah. Lain kali saya ingin dideskripsikan keadaan Silourenkins karena ia bisa menyebut detail sawah dan sungainya, jalan kelok, dan lumbung-lumbung padinya. Dan ia menggambar Desa Silou pada sebuah sore. Saya takjub karena ia meyakini warna sore adalah oranye....
Saya tak ingat, apakah dulu punya teman-teman khayalan seperti itu.