Thursday, August 28, 2003
SUATU SORE DI PLANET MARS
Ketika itu hari sudah agak gelap, meski sejauh mata memandang masih juga terlihat gundukan dan hamparan es di sana-sini. Beberapa orang terlihat keluar dari gundukan es dan berkerumun di suatu tempat yang agak lapang. Mereka terlihat berbincang. Kadang-kadang terdengar suara tawa yang lepas. Seorang ketua kampung mengabarkan, mereka akan melihat sebuah benda yang gelap, tapi ada kehidupan di sana. "Mahluknya aneh-aneh, so, jangan lewatkan untuk melihat mereka, karena kita bisa melihat mereka dengan jelas setiap 60 ribu tahun sekali," kata ketua kampung memberi pengumuman.
Ketika redup tak lagi beranjak, seseorang berteriak. "Saya melihat," tangannya menunjuk ke atas. Di sebelah barat sebuah benda gelap bulat semakin mendekat. "Mereka melihat kita," seseorang yang lain menimpali.
"Benda apakah itu?"
"Itu bumi, goblok!"
"Hmmm...kok penghuninya aneh-aneh?"
"Namanya juga manusia, ya, aneh dong. Bukan manusia kalau tidak aneh."
"Benar juga. Namanya manusia, toh?"
"Ah, kau kuper kali."
"Kelakuannya norak."
"Kok norak?"
"Lihat saja, mereka berdesak-desakan melihat kita. Sementara kita tenang-tenang saja."
"Namanya juga mahluk aneh."
Sesaat hening. Beberapa yang lain terlihat tak acuh. Menyalakan rokok lalu menyingkir dari kerumunan. Sepasang yang lain menyelinap di balik reruntuhan es yang sedikit mencair. Mereka berpacaran.
"Kenapa kita tidak mampir saja ke sana"
"Buat apa? Membikin masalah saja kalau ketemu mereka. Kita pasti dianggap aneh."
"Mereka memang aneh, tapi tubuhnya berbulu. Ada rambut dan bulu di bibir. Kalau dicium mungkin geli juga ya."
Terdengar tawa yang lepas dari kerumunan.
"Dasar otak mesum."
"Ih, ngiri aja, lebih baik mesum daripada minder."
"Jaka Sembung bawa botol, gak nyambung tolol."
Ketua kampung masuk kerumunan.
"Kalian tahu kenapa mereka aneh?"
Kerumunan hening.
"Karena mereka diberi otak. Mereka juga punya hati. Beruntung mereka diberi hati, karena otak mereka sudah kotor semua. Sebab itu mereka piktor. You know piktor? Itu artinya pikiran kotor. Suka mendengki, pendendam, culas, bahkan saling bunuh di antara mereka sendiri. Perbuatan sangat bodoh sekali."
Sekali lagi kerumunan hening, tak ada yang berani bicara. Tapi, mereka terlihat tetap tak acuh.
"Lihat saja kelakukan mereka. Saling sikut hanya untuk melihat kita, tempat kita. Saya lihat kemarin sore seseorang menggondol teleskop hanya agar leluasa mengintip kita. Egois sekali. Tak mau antri barang sebentar. Mereka juga serakah. Beberapa yang lain kerjanya hanya mengintip kita dan menghitung ongkos kalau tinggal di sini. Bumi saja tak cukup untuk mereka."
"Ih, jijay deh..."
"Apanya yang jijay?"
"Itu lihat, ada yang kencing sembarangan, pake ditempelin ke tembok segala..."
Subscribe to:
Posts (Atom)