Thursday, May 13, 2004

GRAFOMANIA



Seseorang menulis sehimpun catatan harian pada sebuah buku tebal. Ia menulis dengan detil yang mengagumkan tentang apa saja yang ditemuinya dalam keseharian. Ia tak peduli untuk apa catatan riwayat hidup itu ia bikin. Seseorang itu hanya menulis, dan tak pernah dibaca lagi hingga kini, sampai menghasilkan bertumpuk-tumpuk diari.

Lalu, ia memasuki sebuah peradaban baru, sebuah kebebasan baru, sebuah peranti demokrasi baru, sebuah internet. Ia pun tak perlu buku tebal yang akan berdebu itu. Seseorang itu menuliskan sehimpun catatan hariannya di sana. Ia menulis seperti mendapat mainan baru. Ia terus menulis di sana ada atau tanpa pembaca.

Adakah ia, dan juga kita, telah menjelma jadi seorang grafomania? Istilah Milan Kundera untuk menyebut mereka yang menulis sehimpun catatan bukan untuk sebuah khalayak yang mereka kenal. Kaum grafomania, menulis apa saja yang ditunjukan untuk siapa saja, sayangnya mengenai hal-hal yang tak penting. Penulis blog yang sedang jatuh cinta akan menuliskan kekalutan perasaannya di halaman itu. Seorang grafomania, akan mencetak keasyikan itu dan menerbitkannya. "Versi lain dari kekuasaan yang mencemaskan," begitu kata Kundera.

Adakah ini masih berlaku? Internet adalah dunia yang diringkas: catatan putus cinta itu tercetak dan tersebar begitu kursor menekan papan "publish post".

Suara Kundera memang datang dari abad 20, ketika setiap negara punya batasnya yang tegas dan setiap warga negara punya identitas yang jelas. Ia sendiri disanjung di Eropa setelah terusir dari Ceko dan mendarat di Prancis. Tapi dengan itu Kundera seperti meneropong abad 21 yang ditandai dengan satu bagian internet yang merevolusi diari: weblog.