Friday, December 05, 2003
FAIZ
Faiz, aku malu membaca sajak-sajakmu. Malu, karena sudah jauh umur belum juga bisa menulis rapi sepertimu. Seperti kata Taufik Ismail, Pak Tuomu itu, anak umur dua kali lipat dari usiamu saja belum tentu bisa menulis serapi sajak-sajakmu. Umurmu baru 8, tapi sajakmu seperti 29.
Faiz, aku menyesal setelah membaca sajak-sajakmu. Menyesal telah menyia-siakan umur. Apa yang ada di kepalamu ketika kau menulis, "Ayah Bunda, Kucintai kau berdua, seperti aku, mencintai surga." Uh, Faiz...Faiz...aku menemukan bening kata-kata dari sajak-sajakmu. Eh, boleh ya, aku kutipkan sajak-sajakmu di sini...."semoga aku tidak dipenjara karena mengutip puisimu di sini...."
JALAN BUNDA
bunda
engkaulah yang menuntunku
ke jalan kupu-kupu
(September 2003)
AYAH BUNDAKU
Bunda
engkau adalah
rembulan yang menari
dalam dadaku
Ayah
engkau adalah
matahari yang menghangatkan
hatiku
Ayah Bunda
kucintai kau berdua
seperti aku
mencintai surga
Semoga Allah mencium ayah bunda
dalam tamanNya terindah
nanti
(Januari 2002)
PUISI BUNDA 2
Engkau adalah puisi abadiku
yang tak mungkin kutemukan
dalam buku
(November 2003)
Faiz sudah menelurkan buku kumpulan puisinya berjudul Untuk Bunda dan Dunia yang menghimpun 20 sajak-sajaknya. Ini sedikit tentang Faiz yang memenangkan lomba menulis surat untuk presiden.
Subscribe to:
Posts (Atom)