Monday, May 29, 2006

DIGILAS INNOVA

Bagaimana rasanya punya mobil? Saya belum pernah merasakannya hingga detik ini. Barangkali karena itu saya tak kunjung bisa paham kenapa orang yang duduk di dalam besi bermerek Innova seharga Rp 200 juta itu menggilas sepeda motor saya. Di perempatan Kalibata-Mampang yang sempit saya tak menyangka itu terjadi di Senin pagi.

Senin selalu menjadi hari yang aneh. Kita sibuk di hari itu, tapi sibuk untuk dan oleh apa kita sering gagal menemukannya. Dan di jalanan, aura Senin itu selalu menjalar lewat raung klakson, jerit kanvas rem, atau deru campur debu. Tapi kita tidak tahu untuk apa kita buru-buru. Ah, ini Senin!

Dan Innova itu melaju pelan dari seberang kiri. Ia mobil ketiga di antrian setelah BMW dan entah jenis mobil apalagi. Dua mobil pertama mulus melewati deretan sepeda motor yang berjejer menunggu lampu hijau. Jalan dua jalur itu harus dibagi karena toh kita sama-sama bayar pajak. Tetapi Innova itu tidak.

Dia melaju mepet ke arah pengendara motor. Ban depannya merangsek ke arah sepeda motor yang pengendaranya terkedut menyelamat diri. Tiga motor berhasil dihajar. Orang di belakang tak peduli. Mungkin karena lampu keburu menyala hijau, atau karena "itu bukan motor saya yang kena."

Setadinya saya menyangka jalanan memang terlalu sempit. Saya segera tahu bukan itu masalahnya. Sebelah kiri masih jauh lebih lebar untuk menghindari ban depan tak menyentuh knalpot motor-motor ini. BMW dan mobil entah apa lagi buktinya bisa lewat dengan mulus. Saya lihat si pengendara beraksi dengan telepon selulernya sambil mengintip kaca spion. Jelas ini perbuatan sangat disengaja.

Ia mungkin sudah jengkel dengan para pengendara motor, meskipun hari masih pagi dan rambut baru dicuci. Jalanan Jakarta punya hirarkinya sendiri. Kami, para pengendara sepeda yang renyek ini, kerap dibuat jengkel oleh ulah sopir-sopir metromini atau mikrolet yang berhenti dan belok tak memberi aba-aba. Kami dibenci oleh para sopir dan mobil pribadi yang terkena deru tanpa debu itu, karena sering menyalip dan menyelinap di sela-sela deretan mereka. Mobil tersenggol atau bocel tentu hanya akan menambah deru sedu sedan itu.

Rasanya dua tahun pakai sepeda mesin di Jakarta, saya pengendara yang baik. Tak pernah menyerobot lampu merah yang sedang menyala, merampas hak pejalan di trotoar, tak pernah melaju lebih dari 60 km/jam, menyalip dari kiri atau menyalakan lampu sen jika akan belok. Tapi kenapa Innova itu menggilas sepeda saya? Pada akhirnya saya adalah bagian dari jumlah yang renyek itu. Orang-orang yang berada di dalam kotak besi seharga ratusan juta itu tetap jengkel kepada jumlah yang sering mencemaskan mereka.

Jalanan sempit? Orang Jakarta yang 24 jam berpeluh dengan polusinya tentu sudah paham.

Seorang teman baru pulang dari Berlin. Dia harus menulis Jerman menjelang Piala Dunia setiap hari. Untuk itu ia membutuhkan peta agar tulisan bisa lebih runut ketika mengabarkan sebuah rute. Saya lihat peta itu isinya jalanan semua. Ruwet. Karena itu Berlin tidak macet, katanya. Jalan banyak, orangnya sedikit. Jakarta tentu saja sebaliknya. Siang hari Jakarta dihuni 13 juta kepala. 3-4 juta datang bersamaan setiap jam 7 pagi atau keluar berbarengan tiap jam 5 atau jam 19 dari dan ke daerah pinggiran Jakarta.

Pada akhirnya Jakarta sama dengan kota besar lainnya di dunia: serupa monster yang menelan para pedatang seperti tergambar dalam salah satu cerita Umar Kayam. Hanya lebih tak masuk akal. Menelan kita. Tanpa ampun. Saya harus paham, tidak boleh tidak, kenapa Innova itu menggilas tiga buah sepeda dengan dingin sambil bertelepon.

Monday, May 15, 2006

SURAT PRESIDEN AHMADINEJAD KEPADA PRESIDEN BUSH

Tuan George. W. Bush Presiden Amerika Serikat,

Dalam beberapa waktu Saya sempat berpikir, bagaimana bisa kontradiksi yang tidak dapat diingkari dalam kancah dunia internasional ini, di mana masyarakat dan pada khususnya di kalangan politik dan mahasiswa, dapat di benarkan. Banyak sekali pertanyaan-pertanyaan tentang hal ini yang tak terjawab. Karena itu saya kemudian memutuskan agar sebagian dari kontradiksi dan pertanyaan-pertanyaan itu bisa saya tanyakan. Mungkin akan ada kesempatan untuk membenarkan masalah tersebut.

Apakah bisa; pengikut Nabi Isa A.S. sebagai salah satu Nabi besar ilahi dapat berpegang teguh dengan hak-hak asasi manusia dengan menjadikan Liberalisme sebagai model peradaban dengan memperluas persenjataan nuklir dan pembunuhan massal untuk menunjukkan ketidaksetujuannya dan menjadikan peperangan melawan terorisme sebagai slogannya?

Pada akhirnya, untuk membentuk masyarakat yang satu dan universal tetap harus diusahakan. Sebuah masyarakat yang akan diperintah oleh Nabi Isa A.S.dan orang-orang baik di muka bumi.

Namun pada saat yang sama; Negara-negara diserang. Jiwa, kehormatan, keberadaan orang-orang dan nilai-nilai kemudian runtuh. Sebagai contoh, hanya dikarenakan adanya sebuah kemungkinan keberadaan beberapa orang pelaku kriminal di sebuah desa, kota atau bersama sebuah iring-iringan, seluruh desa, kota dan iring-iringan harus dibabat habis.

Atau dengan kemungkinan keberadaan senjata pemusnah massal di sebuah negeri lalu negeri tersebut dikuasai?Sekitar ratusan ribu masyarakat negara itu harus tewas. Sumber-sumber air, pertanian dan industri rusak dan sekitar 180.000 pasukan militer tinggal di sana.

Kehormatan yang dimiliki oleh rumah-rumah masyarakattelah dihancurkan dan mungkin sekitar lebih dari 50 tahun sebuah negara menjadi terkebelakang. Dengan anggaran belanja seperti apa? Dengan menghabiskan miliaran dolar dari harta kekayaan sebuah negara dan sebagian negara yang lain atau dengan mengirimkan puluhan ribu pemuda sebagai pasukan penyerang. Meletakkan mereka di tempat pembunuhan serta menjauhkan mereka dari keluarganya, mengotori tangan mereka dengan darah orang lain, menekan jiwa mereka sehingga setiap hari sejumlah dari mereka melakukan tindakan bunuh diri. Ketika mereka kembali ke negara mereka masing-masing tersiksa dan tertekan di sertai dengan penyakit yang beragam. Sebagian lainnya telah terbunuh dan jenazah mereka telah diterima oleh keluarga mereka.

Hanya dengan alasan adanya senjata pemusnah massal, sebuah tragedi besar telah tercipta baik untuk masyarakat yang negaranya dijajah atau penjajah. Sementara pada akhirnya jelas bahwa senjata pemusnah massal tidak pernah ada.

Namun tetap saja bahwa Saddam Husein adalah seorang diktator dan pembunuh. Namun tujuan peperangan yang dilakukan bukan untuk menumbangkannya tapi usaha untuk menemukan senjata pembunuh massal yang sudah diumumkan sebelumnya. Saddam dalam rangkaian ini telah tumbang. Masyarakat sekitarnya merasa senang dengan tumbangnya Saddam. Pada peperangan yang dipaksakan kepada Iran, Saddam di bantu dan dibela oleh Barat.

Tuan Presiden,

Mungkin Anda telah tahu bahwa saya hanya seorang dosen. Mahasiswa saya sering mempertanyakan bagaimana aksi-aksi yang ada ini disesuaikan dengan nilai-nilai yang telah disampaikan di awal surat saya dengan agama Nabi Isa A.S. seorang Nabi perdamaian dan kasih sayang?

Mereka yang tertuduh dan dipenjara Guantanamo yang tidak bakal diadili secara adil, tidak memiliki akses untuk mendapat pembelaan dari seorang pengacara. Keluarga mereka tidak diperkenankan untuk melihat mereka dan di luar dari negaranya sendiri diisolir sementara tidak ada pengawasan internasional untuk mereka. Tidak jelas posisi mereka; apakah mereka adalah dipenjara, tawanan perang, tertuduh ataukah orang-orang yang telah dihukum?

Para pengawas Uni Eropa mengakui adanya penjara-penjara misterius di Eropa. Saya tidak dapat menerima penculikan dan penahanan orang-orang di penjara-penjara misterius itu tanpa adanya sebuah sistem peradilan yang berlaku di dunia. Dan saya tidak pernah mengerti bagaimana aksi-aksi yang telah dilakukan sesuai dengan nilai-nilai yang telah saya sebutkan di atas. Dengan ajaran-ajaran Nabi Isa A.S. ataukah hak-hak asasi manusia ataukah dengan nilai-nilai Liberalisme?

Para pemuda, mahasiswa dan masyarakat banyak mempertanyakan tentang fenomena bernama Israel. Pasti sebagian dari pertanyaan-pertanyaan itu telah Anda dengar. Dalam sejarah tercatat banyak negara yang telah dijajah. Namun salah satu fenomena kontemporer masa kita adalah sebuah pembentukan negara baru dengan masyarakat yang baru pula.

Para mahasiswa berkata, 60 tahun yang lalu tidak pernah ada negara dengan nama ini. Dokumen-dokumen dan peta geografi dunia yang ama ditunjukkan oleh mereka sambil berkata, kami telah berusaha sedemikian rupa mencarinya namun kami tidak menemukan sebuah negara yang bernama Israel.

Saya terpaksa menuntun mereka agar mempelajari lagi tentang perang dunia pertama dan kedua. Sekali waktu seorang mahasiswa berkata, pada perang dunia kedua puluhan juta manusia tewas. Berita-berita perang dengan cepat disebarkan dari kedua belah pihak yang berperang. Masing-masing memberitakan kemenangannya dan kekalahan lawan. Setelah perang dunia kedua selesai mereka mengklaim bahwa ada enam juta orang Yahudi tewas. Enam juta orang yang sekurang-kurangnya dari dua juta kepala keluarga.

Kita andaikan saja bahwa berita ini benar. Apakah kesimpulan logisnya adalah pembentukan sebuah negara Israel di kawasan Timur Tengah dan atau membela mereka habis-habisan? Bagaimana menganalisa dan menginterpretasikan fenomena semacam ini?

Tuan Presiden,

Anda pasti telah mengetahui dengan anggaran belanja dan pesan-pesan yang seperti apa sehingga Israel terbentuk; Dengan terbantainya ribuan jiwa. Dengan mengungsikan jutaan jiwa penduduk asli kawasan. Dengan penghancuran ratusan ribu hektar sawah, kebun zaitun dan penghancuran kota-kota dan tanah-tanah subur.Tragedi ini tidak hanya terbatas pada masa pembentukan saja. Sangat disayangkan selama 60 tahun hal ini berjalan dan akan terus berlanjut.

Rezim yang dibentuk ini bahkan tidak memiliki rasa belas kasihan terhadap anak-anak. Rumah-rumah dihancurkan, rencana teror tokoh-tokoh Palestina dengan terlebih dahulu mengumumkannya serta memenjarakan ribuan orang-orang Palestina. Fenomena ini pada abad-abad terakhir bila tidak dikatakan sulit dicari tandingannya maka tentunya tidak ada bandingannya.

Pertanyaan besar lainnya dari kebanyakan masyarakat adalah ini. Mengapa rezim yang seperti ini masih harus dibela? Apakah pembelaan rezim yang semacam ini merupakan salah satu ajaran Nabi Isa A.S. atau sesuai dengan nilai-nilai Liberalisme?

Dan apakah memberikan hak untuk menentukan nasib sendiri di tanah Palestina kepada pemilik aslinya baik yang tinggal di Palestina maupun di luar dan baik mereka itu Islam, Yahudi dan atau Kristen, bertentangan dengan demokrasi, hak-hak asasi manusia dan ajaran-ajaran para Nabi?

Bila tidak bertentangan mengapa usulan referendum tidak pernah disetujui?

Akhirnya dengan pilihan rakyat Palestina telah terbentuk pemerintahan di tanah Palestina. Semua pengawas yang tidak memihak mengukuhkan bahwa pemerintah terpilih dipilih oleh rakyat. Dengan tanpa disangka pemerintah terpilih ditekan sedemikian rupa agar menerima negara bernama Israel dan tidak lagi meneruskan perjuangan serta melanjutkan program pemerintah sebelumnya.

Seandainya pemerintah terpilih saat ini sejak awal mengumumkan kebijakannya seperti yang diinginkan, apakah masyarakat Palestina akan memilih mereka? Apakah sikap yang semacam ini di hadapan pemerintah Palestina sesuai dengan nilai-nilai di atas? Demikian pula masyarakat bertanya-tanya, mengapa resolusi PBB yang telah diputuskan di dewan keamanan PBB terhadap Israel selalu diveto?

Tuan Presiden,

Anda mengetahui bahwa saya hidup bersama rakyat dan punya hubungan dengan mereka. Kebanyakan dari masyarakat Timur Tengah, yang dengan berbagai bentuk, melakukan hubungan dengan saya. Mereka melihat kebijakan ganda yang ada ini tidak sesuai dengan logika apapun. Bukti-bukti menunjukkan bagaimana kebanyakan masyarakat di kawasan dari hari ke hari semakin marah dengan kebijakan yang dilakukan.

Saya tidak bermaksud untuk menyampaikan banyak pertanyaan, namun saya ingin menunjukkan beberapa poin yang lain. Mengapa setiap kemajuan keilmuan dan teknologi di kawasan Timur Tengah dianggap dan di promosikan sebagai ancaman terhadap rezim Israel? Apakah usaha ilmiah dan penelitian bukan merupakan hak-hak dasar masyarakat?

Kemungkinan Anda memiliki pengetahuan tentang sejarah. Selain abad pertengahan pada bagian mana dari sejarah dan di mana, kemajuan ilmu dan teknologi dianggap sebagai sebuah kejahatan? Apakah dengan mengandaikan kemungkinan dipakainya ilmu dan teknologi untuk maksud-maksud militer dapat menjadi alasan untuk menentang ilmu dan teknologi? Bila kesimpulan yang demikian adalah benar, maka seluruh ilmu harus ditentang bahkan fisika, kimia, matematika, kedokteran, arsitektur dan lain-lain.

Dalam masalah Irak telah terjadi kebohongan. Hasilnya apa? Saya tidak ragu bahwa semua manusia meyakini bahwa kebohongan adalah hal yang tidak terpuji. Anda sendiri tidak akan senang bila orang lain berdusta terhadap Anda.

Tuan Presiden,

Apakah masyarakat di Amerika Latin memiliki hak untuk mempertanyakan mengapa selalu ada usaha untuk tidak menyetujui pemerintahan terpilih dari rakyat dan pada saat yang sama adanya pembelaan bagi mereka yang ingin melakukan kudeta terhadap pemerintahan terpilih. Mengapa ancaman selalu diarahkan kepada mereka?

Masyarakat Afrika adalah masyarakat yang punya etos kerja, kreatif dan memiliki potensi. Mereka dapat berperan penting dalam menjamin kebutuhan dan kemajuan materi dan maknawi masyarakat dunia. Kemiskinan dan kepapaan di sebagian besar Afrika menjadi kendala terbesar untuk dapat memainkan peran penting tersebut.

Apakah mereka berhak untuk mempertanyakan, mengapa kekayaan luar biasa dan barang tambang mereka dijarah padahal mereka lebih membutuhkan dari orang lain? Apakah aksi-aksi semacam ini sesuai dengan ajaran Nabi Isa dan hak-hak asasi manusia?

Masyarakat Iran yang berani dan beriman juga memiliki banyak pertanyaan. Salah satunya; Kudeta 28 Murdad terhadap pemerintahan waktu itu pada lima puluh dua tahun yang lalu, berhadap-hadapan dengan revolusi Islam dan menjadikan kedutaan Amerika menjadi markas besar, dengan memiliki ribuan dokumen, yang membela mereka yang tidak setuju dengan Republik Islam, melindungi Saddam Husein dalam perang terhadap Iran, penembakan pesawat penumpang Iran, menyandera harta masyarakat Iran, ancaman-ancaman yang semakin meningkat dengan menunjukkan ketidaksetujuan serta kemarahan atas kemajuan ilmu dan teknologi serta nuklir masyarakat Iran, padahal semua orang Iran gembira dengan kemajuan negara mereka dan mengadakan acara untuk keberhasilan mereka. Masih banyak lagi pertanyaan yang semacam ini dan untuk menjelaskannya di surat ini tidak saya cantumkan.

Tuan Presiden,

Peristiwa 11 September benar-benar merupakan peristiwa yang mengerikan. Pembunuhan terhadap orang-orang tak berdosa di bagian mana saja dari dunia ini selalu menyakitkan dan sangat disayangkan. Pemerintah kami pada waktu itu mengumumkan rasa kebencian terhadap pelaku kejadian dan sekaligus mengucapkan belasungkawa kepada mereka yang ditinggalkan.

Semua negara memiliki kewajiban untuk melindungi jiwa, harta dan kehormatan rakyatnya. Seperti yang dikatakan bahwa negara Anda memiliki sistem keamanan, penjagaan dan informasi yang luas dan canggih. Bahkan para penentang yang berada di luar negeri pun diburu. Operasi 11 September bukan operasi yang mudah. Apakah konsep dan pelaksanaan operasi tersebut dapat bekerja tanpa kerja sama dengan sistem informasi dan keamanan dan atau pengaruh yang luas di sana dapat terjadi? Tentunya ini hanya sebuah kemungkinan dari orang-orang yang berpikiran logis. Mengapa sisi-sisi lain dari kejadian ini tetap misterius? Mengapa tidak ada penjelasan resmi bahwa siapa yang bertanggung jawab atas kelalaian ini? Dan mengapa para pelaku dan mereka yang lalai tidak diumumkan dan dihukum?

Tuan Presiden,

Salah satu kewajiban pemerintah adalah mewujudkan keamanan dan ketenangan kepada rakyatnya. Masyarakat negara Anda dan negara-negara tetangga poros krisis dunia selama bertahun-tahun tidak lagi merasakan keamanan dan ketenangan.

Setelah peristiwa 11 September bukannya meredam jiwa dan menenangkan mereka yang terkena musibah. Masyarakat Amerika adalah yang paling menderita akibat kejadian tersebut sementara sebagian dari media Barat malah membesar-besarkan kondisi tidak aman dan senantiasa mengabarkan adanya kemungkinan serangan teroris dan mereka sengaja menjaga agar masyarakat senantiasa dalam kondisi takut dan khawatir. Apakah ini namanya melayani rakyat Amerika? Apakah kerugian yang berasal dari ketakutan dan kekhawatiran dapat dihitung?

Coba gambarkan! Rakyat Amerika merasa bakal ada serangan. Di jalanan, tempat kerja dan di rumah mereka merasa tidak aman. Siapa yang dapat menerima kondisi seperti ini? Mengapa media bukannya memberitakan hal-hal yang dapat menenangkan dan memberikan keamanan malah mengabarkan ketidakamanan?

Sebagian berkeyakinan bahwa iklan besar-besaran ini sebagai fondasi dan alasan untuk menyerang Afghanistan. Bila sudah begini kiranya baik bila saya berikan sedikit petunjuk terkait dengan media.

Dalam prinsip dasar media, penyampaian informasi yang benar dan menjaga amanat dalam menyebarkan berita adalah dasar yang manusiawi dan diterima. Saya merasa perlu untuk mengucapkan dan mengumumkan rasa penyesalan yang dalam atas ketiadaan rasa tanggung jawab sebagian media Barat dengan kewajiban ini. Alasan asli agresi ke Irak adalah adanya senjata pemusnah massal. Tema ini diulang-ulang sedemikian rupa sehingga masyarakat percaya dan menjadi dasar untuk menyerang Irak.

Apakah kebenaran tidak akan hilang pada situasi yang dibuat-buat dan berisi kebohongan? Apakah hilangnya sebuah kebenaran sesuai dengan tolok ukur yang telah dijelaskan sebelumnya? Apakah kebenaran juga akan hilang di sisi Tuhan?

Tuan Presiden...

Di semua negara masyarakatlah yang menanggung anggaran belanja negaranya sehingga pemerintah dapat melayani mereka. Pertanyaannya di sini, dengan anggaran tahunan ratusan miliar dolar pengiriman pasukan ke Irak apa yang didapat oleh masyarakat?

Anda sendiri mengetahui bahwa di sebagian negara bagian Amerika masyarakat hidup dalam kemiskinan. Ribuan orang tidak memiliki rumah. Pengangguran adalah masalah besar dan masalah ini kurang lebih terjadi juga di negara-negara lain. Apakah dalam kondisi yang seperti ini pengiriman sejumlah besar pasukan dan itu pun dengan anggaran luar biasa dari masyarakat dapat dibenarkan dan sesuai dengan dasar-dasar yang telah disebutkan sebelumnya?

Tuan Presiden,

Apa yang sudah disebutkan adalah sebagian dari penderitaan masyarakat dunia; kawasan kami dan masyarakat Anda. Namun maksud asli saya yang setidak-tidaknya akan Anda benarkan sebagai berikut:

Para penguasa memiliki masa tertentu dan tidak selamanya berkuasa. Namun nama mereka akan diingat dan tertulis dalam sejarah. Dan di masa depan, dekat atau jauh, senantiasa dinilai. Masyarakat akan berkata, dalam periode kita ini apa yang telah terjadi.

Apakah untuk masyarakat kita menyiapkan keamanan dan kesejahteraan atau ketidakamanan dan pengangguran.

Apakah kita hendak mengukuhkan keadilan ataukah hanya kelompok khusus yang ingin kita lindungi. Itu pun dengan harga kemiskinan dan kepapaan sebagian besar masyarakat dunia. Apakah kita akan memilih untuk mengutamakan sekelompok kaum minoritas dengan segala kekayaan dan pangkat dan kerelaan mereka ketimbang kerelaan Tuhan?

Apakah kita telah membela hak-hak masyarakat dan kaum miskin ataukah kita tidak memandang sedikit pun kepada mereka.

Apakah kita membela hak-hak manusia di seluruh dunia ataukah dengan memaksakan perang dan ikut campur secara ilegal terhadap urusan sebuah negara dan dengan mengadakan sel-sel yang menakutkan memenjarakan sebagian orang di sana?

Apakah kita telah berbuat untuk terwujudnya perdamaian dunia ataukah kita menyebarkan ancaman dan kekerasan di seluruh dunia?

Apakah kita telah berbicara dengan jujur kepada rakyat kita dan masyarakat dunia ataukah kita malah menunjukkan kebenaran yang telah diputarbalikkan.

Apakah kita termasuk pembela masyarakat ataukah pembela para penjajah dan penzalim? Apakah dalam pemerintahan kita, logika, akal, moral, perdamaian, mengamalkan perjanjian, menyebarkan keadilan, melayani masyarakat, kesejahteraan dan kemajuan dan menjaga kehormatan manusia lebih dipentingkan ataukah kekuatan persenjataan, ancaman, tidak adanya keamanan, tidak adanya perhatian kepada masyarakat, menahan lajunya kemajuan masyarakat dunia dan merusak hak-hak manusia?

Pada akhirnya mereka akan berkata, apakah kita masih setia dengan sumpah yang kita ucapkan dalam rangka melayani masyarakat dan perjanjian asli kita dan ajaran-ajaran para Nabi ataukah tidak?

Tuan Presiden,

Sampai kapan dunia akan menanggung beban berat ini? Dengan proses yang semacam ini dunia akan menuju kemana? Sampai kapan masyarakat dunia harus menanggung beban keputusan-keputusan tidak benar dari para penguasa? Sampai kapan cakrawala ketakutan harus dihadapkan kepada masyarakat dunia akibat ditimbunnya senjata pemusnah massal? Sampai kapan darah anak-anak, para wanita dan laki-laki harus mengalir di atas batu-batu jalanan dan rumah-rumah mereka harus dihancurkan?

Apakah Anda rela dengan kondisi dunia sekarang ini? Apakah Anda berpikir bahwa kebijakan yang telah ada ini dapat berlangsung terus?

Bila saja ratusan miliar dolar yang dipakai untuk membiayai keamanan, pertahanan, pengiriman pasukan dialokasikan sebagai modal dan bantuan bagi negara-negara miskin, pengembangan kebersihan, berperang melawan berbagai macam penyakit, penghijauan dan pengentasan kemiskinan dan keterbatasan, menggalang perdamaian, menghilangkan perselisihan antar negara-negara,menghilangkan peperangan kabilah dan ras dan lain-lain. Dapat dibayangkan bagaimana dunia sekarang? Dan apakah pemerintahan dan rakyat Anda tidak merasa bangga dengan ini?

Apakah posisi politik dan ekonomi pemerintahan dan rakyat Anda tidak akan semakin kokoh? Dengan mengucapkan rasa penyesalan penuh, saya harus mengucapkan apakah ada kenaikan tingkat kebencian masyarakat dunia terhadap pemerintah Amerika?

Tuan Presiden, saya tidak bermaksud untuk melukai perasaan seorang pun.

Apakah bila hari ini Nabi Ibrahim, Ishaq, Ya'qub, Ismail, Yusuf dan atau Nabi Isa A.S. hadir di dunia ini dan dengan melihat perilaku yang semacam ini apa kata mereka? Apakah dunia yang dijanjikan, dunia yang diliputi oleh keadilan dengan kehadiran Nabi Isa A.S. akan memberikan kita peran? Apakah mereka akan menerima kita?

Pertanyaan kunci saya di sini; Apakah jalan yang lebih baik dalam pergaulan dengan masyarakat dunia tidak ada lagi?

Hari ini di dunia ada ratusan juta orang Kristen, ratusan juta orang Islam dan jutaan lagi orang pengikut Nabi Musa A.S. Semua agama ilahi dalam satu kalimat bersatu dan itu adalah kalimat tauhid, yaitu keyakinan akan Tuhan Yang Esa dan selain Dia tidak ada tuhan di dunia ini.

Al-Quran al-Karim menegaskan akan kalimat yang satu ini dan ia memanggil semua pengikut agama ilahi dengan kalimat ini. Allah berfirman:

"Katakanlah : "Hai Ahli Kitab, marilah kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain dari pada Allah." (Ali Imran: 64)

Tuan Presiden.

Berdasarkan firman ilahi kita semua diajak untuk menyembah Allah Yang Esa dan mengikuti utusan-utusan ilahi.

" Penyembahan kepada Tuhan Yang Esa yang Maha kuasa dan berkuasa atas segala sesuatu",

"Allah Yang Maha Mengetahui hal-hal yang tersembunyi dan tampak, dahulu dan akan datang dan Ia mengetahui apa yang terlintas di benak hamba-Nya dan Ia mencatat amalan mereka",

"Tuhan Sang pemilik langit dan bumi dan semua alam di bawah kekuasaan-Nya",

"Pengaturan seluruh alam di tangan-Nya dan Ia memberikan janji untuk mengampuni dosa-dosa hamba-Nya",

Ia penolong mereka yang terzalimi dan musuh mereka yang menzalimi", Dia Maha Pengasih dan Penyayang",

"Ia penolong kaum mukminin dan Ia menuntun mereka dari kegelapan kepada keterang-benderangan", "Ia mengawasi perbuatan hamba-hamba-Nya",

" Ia menyerukan hamba-Nya untuk beriman dan berbuat baik dan menginginkan agar mereka berbuat berdasarkan kebenaran dan untuk tetap istiqamah dalam kebenaran",

" Allah menyerukan agar hamba-hamba-Nya untuk menaati utusan-Nya dan Ia sebagai saksi dan pengawas perbuatan hamba-hamba-Nya",

"Puncak keburukan terkait dengan orang-orang yang menginginkan kehidupan yang terbatas di dunia ini dan tidak mengikuti perintah-Nya dan menzalimi hamba-hamba Allah",

"Puncak kebaikan dan surga yang kekal hanya akan diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang bertakwa di hadapan keagungan ilahi dan tidak mengikuti hawa nafsunya".

Kami yakin bahwa kembali kepada ajaran-ajaran para Nabi adalah satu-satunya jalur kebahagiaan dan kesuksesan. Saya mendengar bahwa Anda adalah seorang penganut Kristen dan percaya akan janji ilahi akan adanya pemerintahan orang-orang baik di muka bumi.

Kami juga percaya bahwa Nabi Isa A.S. adalah salah satu Nabi besar ilahi. Dalam al-Quran Nabi Isa mendapat penghormatan yang luar biasa dan ini adalah ucapan Nabi Isa A.S. yang dinukil oleh al-Quran:

"Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhanmu, maka sembahlah Dia oleh kamu sekalian. Ini adalah jalan yang lurus." (Maryam: 36)

Penghambaan dan ketaatan kepada Allah adalah seruan semua para Nabi. Tuhan seluruh masyarakat di Eropa, Afrika, Amerika, dan negara-negara kepulauan, seluruh dunia hanya satu Tuhan dan itu adalah Tuhan yang memberikan hidayah dan menginginkan kemuliaan bagi semua hamba-hamba-Nya dan memberikan kehormatan kepada umat manusia.

Dan dalam firman Allah: "Allah Yang Maha Mengetahui dan Tinggi mengutus para Nabi disertai dengan tanda-tanda yang jelas dan mukjizat untuk memberi petunjuk kepada manusia. Pengutusan itu agar mereka menunjukkan tanda-tanda kebesaran ilahi kepada manusia. Dengan begitu manusia dapat disucikan dari dosa. Allah mengirimkan kitab dan mizan agar manusia dapat menegakkan keadilan dan dapat meninggalkan orang-orang yang berbuat zalim".

Seluruh ayat-ayat dengan bentuk yang mirip ada di kitab suci. Para Nabi dan utusan ilahi memberikan janji: Suatu hari nanti semua manusia akan dibangkitkan di hadapan Allah untuk diperhitungkan amal perbuatannya. Mereka yang berbuat baik akan diantarkan ke surga. Dan mereka yang berbuat buruk akan menanggung perbuatannya dengan menerima siksa ilahi. Saya berpikir bahwa kita berdua sama meyakini akan hari itu.

Tentunya perhitungan para penguasa tidak akan ringan. Hal itu karena harus menjawab kepada masyarakat dan semua orang atas setiap perbuatan kita yang ada hubungannya dan memiliki dampak dalam kehidupan mereka.

Para Nabi menginginkan perdamaian, ketenangan berdasarkan prinsip-prinsip penyembahan kepada Allah, menjaga harkat dan martabat manusia bagi seluruh manusia.

Bila kita semua meyakini tauhid dan penyembahan kepada Tuhan, keadilan, menjaga harkat dan martabat serta kemuliaan manusia dan hari akhir, apakah tidak bisa menyelesaikan problema dunia sekarang yang diakibatkan oleh kejauhan dari ketaatan kepada Allah dan ajaran-ajaran para Nabi, dengan prinsip itu dengan lebih baik dan indah?

Apakah keyakinan akan prinsip-prinsip ini tidak memperluas dan menjamin perdamaian, persaudaraan dan keadilan?

Apakah prinsip-prinsip itu bukan merupakan ajaran tertulis atau tidak tertulis mayoritas masyarakat dunia?

Apakah Anda tidak ingin mengiyakan seruan ini? Kembali secara hakiki kepada ajaran-ajaran para Nabi, kepada tauhid dan keadilan, kepada penjagaan terhadap harkat dan martabat manusia dan kepada ketaatan terhadap Tuhan dan utusan-utusan-Nya

Tuan Presiden,

Data-data sejarah menunjukkan bahwa pemerintahan yang berada dalam jalur kezaliman tidak pernah bertahan lama. Tuhan tidak menyerahkan nasib manusia di tangan penguasa zalim. Tuhan tidak membiarkan dunia dan manusia begitu saja. Bukankah sudah banyak kejadian yang bertolak belakang dengan rencana-rencana para penguasa. Kejadian-kejadian sejarah menunjukkan bahwa ada kekuatan misterius di atas segalanya di balik semua ini yang mengatur semua hal.

Tuan Presiden,

Apakah tanda-tanda perubahan di dunia kini dapat diingkari? Apakah keadaan dunia sekarang dengan sepuluh tahun yang lalu dapat dibandingkan. Perubahan terjadi begitu cepat dan dengan dimensi yang sangat luas.

Masyarakat dunia tidak rela dengan kondisi dunia kini. Mereka tidak percaya dengan janji-janji sebagian penguasa paling berpengaruh pun di dunia.

Sebagian besar masyarakat dunia merasa tidak aman. Mereka tidak setuju dengan berkembangnya kondisi ini begitu juga dengan perang. Mereka juga tidak setuju dengan kebijakan ganda.

Masyarakat dunia protes akan adanya jurang pemisah yang dalam antara mereka yang kaya dan miskin dan antara negara yang sejahtera dan miskin. Masyarakat semakin membenci kebejatan moral yang semakin meningkat.

Mayoritas masyarakat di negara-negara merasa tidak puas karena basis budaya mereka terancam dan institusi keluarga yang berantakan serta kasih sayang dan cinta kasih yang semakin luntur.

Masyarakat dunia mulai pesimis memandang PBB. Hal itu dikarenakan hak-hak mereka tidak dipertahankan.

Liberalisme dan Demokrasi Barat tidak mampu mendekatkan manusia kepada idealisme mereka. Liberalisme dan Demokrasi adalah dua kata pecundang. Para pemikir dan cendekiawan dunia dengan jelas mendengar suara runtuhnya pemikiran dan sistem Liberal-Demokrasi.

Hari ini perhatian masyarakat dunia semakin meningkat kepada sebuah fokus. Dan pusat itu adalah Tuhan Yang Esa. Dan tentunya masyarakat dengan tauhid dan berpegangan dengan ajaran-ajaran para Nabi akan dimenangkan atas masalah yang dihadapi. Pertanyaan penting dan serius saya di sini:

Apakah Anda tidak ingin menyertai mereka?

Tuan Presiden,

Mau tidak mau, dunia sedang mengarah pada penyembahan Allah dan keadilan dan kehendak Allah akan mengalahkan segala-galanya.

Keselamatan kepada mereka yang mengikuti petunjuk


Mahmud Ahmadi Nejad

Presiden Republik Islam Iran

Tehran 17-02-1384
07-05-2006

[sumber terjemahan diambil dari milis jurnalisme@yahoogroups.com]

Thursday, May 11, 2006

AHMADINEJAD

Tubuhnya kecil. Sewaktu berdiri berdampingan dengan Presiden Yudhoyono cuma setengah kepalanya yang lebih tinggi dari pundak presiden kita itu. Jalannya agak bungkuk, tapi sorot matanya tajam. Jasnya itu, aduh. Celana dan jasnya ngatung. Tanpa dasi cuma kemeja putih. Sederhana betul orang ini. Saya menyaksikannya dari jarak satu meter.

Dialah Mahmud Ahmadinejad, seorang Presiden Iran. Ia sedang mengunjungi Jakarta lalu akan ke Bali menghadiri pertemuan puncak negara-negara berkembang. Setelah mengucapkan salam, ia mencium Yudhoyono tiga kali: dua di pipi kiri, satu di pipi kanan. Keduanya lalu melakukan pertemuan tertutup.

Satu-setengah jam kemudian mereka muncul ke hadapan puluhan kamera. Ahmadinejad diam dan jarang senyum. Nada bicaranya datar. Penjelasan soal kerjasama ekonomi hanya seperti selingan dan basa-basi kunjungan pertamanya ini. Sebab yang pokok adalah penjelasan soal nuklir.

Ahmadinejad berbicara panjang lebar untuk menjawab pertanyaan singkat dan sederhana seorang wartawan dalam bahasa Parsi yang diterjemahkan ke dalam Inggris. Tapi, agaknya inilah hal pokok yang ia bawa ke Indonesia. Ia sedang menggalang dukungan karena negerinya sedang dirutuk Amerika.

Ia mengulang pernyataan-pernyataan sebelumnya soal program nuklir dan kelakuan Amerika yang menentangnya. Meski dengan nada datar, dari bibirnya keluar makian "pembohong besar" untuk Amerika. Ia kukuh menjalankan programnya karena merasa itu haknya Iran sebagai negara berdaulat. "Kami, setiap negara di dunia ini, punya hak mengembangkan teknologi tinggi," katanya.

Agaknya yang pokok kini bukan lagi soal nuklir, tapi sikap Ahmadinejad itu. Ia menyuguhkan satu contoh yang tepat tentang keberanian dan kekuatan. Ia merecok Amerika dengan menukik ke jantung ketakutan negara-negara Barat dengan membuat isu nuklir.

Bekas walikota Teheran yang gemar membagikan sup kepada orang miskin, memotong tunjangan pejabat tinggi untuk dibagikan kepada mereka yang melarat, itu merasa perlu menghembuskan isu itu karena dunia sudah jenuh dengan sikap arogan Amerika. Ia ingin menciptakan dunia yang damai, karena itu Amerika harus diimbangi. Sebab, ketika Amerika melaju sendirian mereka tak terbendung. Amerika akan selalu mencari "musuh" baru setelah Uni Soviet tumbang untuk mencapai cita-cita sebagai polisi-dunia. Maka terciptalah hantu teroris, rezim Saddam dan seterusnya.

Eropa yang punya potensi tak bisa diharapkan. Aliansi Jerman dan Prancis yang menentang invasi ke Irak melempem. Asia tak kunjung bersatu. Negeri-negeri Islam tercerai sudah sejak lama. Afrika sibuk membebaskan diri dari jerat kemiskinan dan amuk perang saudara. Maka Ahmadinejad tampil menyeru dunia.

Ia pasti tahu saat dunia vakum ketika Amerika dan Soviet sudah berhadapan di Teluk Kuba. Dua-duanya ingin menyerang dan pamer kekuatan. Tapi toh sifat manusia akhirnya muncul. Ketika rudal-rudal siap ditembakkan, ketika bom siap diledakkan, dunia terdiam. Keduanya mundur dan kiamat tak datang lebih cepat. Konon, jika dua kekuatan nuklir itu meledak berbarengan, tujuh bumi saja tak sanggup menampung letusannya.

Kita tidak tahu babak akhir drama ini. Ahmadinejad sudah mengirim surat 18 halaman ke Presiden Bush tentang kemunduran nilai-nilai demokrasi dan diacuhkan. "Kami tak peduli," katanya. Arogan dan nakal memang harus dilawan dengan sikap itu juga.

Tuesday, May 09, 2006

PRAMOEDYA

PRAMOEDYA

Orde Baru menuding, lalu melarang novel tetralogi Pramoedya Ananta Toer karena mengandung ajaran komunisme. Benarkah?

Tanah di pekuburan Karet masih hangat. Baru sepekan Pramoedya Ananta Toer kembali ke pangkuan penciptanya, ingatan akan karya-karyanya menggemuruh bagai gelombang. Di antara sekian banyak karya Pram, tetralogi Pulau Buru adalah yang paling banyak dibicarakan orang. Di dalamnya terangkum Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, dan Jejak Langkah.

Novel Bumi Manusia langsung "menggebrak" ketika pertama kali diterbitkan pada 1980--setahun setelah Pramoedya Ananta Toer "pulang" dari Pulau Buru. Sekretaris Jenderal Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Soetanto Wirjoprasonto yang memantiknya. Ia mengeluarkan surat edaran yang melarang semua lembaga di bawahnya--termasuk universitas--membaca dan memiliki novel itu. Alasannya seram: Bumi Manusia mengandung teori pertentangan kelas. Karena itu, bisa merawankan stabilitas keamanan.

Api silang pendapat pun segera menyebar. Ramai-ramai orang mendukung dan menolak larangan itu. Adhy Asmara mendokumentasikannya dengan baik dalam buku Analisa Ringan Kemelut Bumi Manusia yang terbit pada 1981. Tapi dari sekian pro-kontra, detail kronologi, tak terdengar dan tertulis analisis yang lebih komprehensif tentang isi novel itu. Diskusi digelar dalam sembunyi berhari-hari, tapi hanya membahas soal boleh-tidaknya sebuah buku dilarang. Barangkali karena kubu waktu itu sangat jelas: siapa yang mengangguk buku-buku Pram mengandung paham komunisme, dia telah setuju pemberangusan kreativitas. Ada buku A. Teeuw dan Apsanti Djokosujatno yang khusus membahas novel tetralogi Buru, tapi keduanya tak menyinggung soal tudingan pemerintah itu.

Puncaknya pada 29 Mei 1980, Kejaksaan Agung resmi melarang empat novel Pram yang terbit kemudian. Alasannya hanya berdasarkan dalil yang tak bisa dibantah: pokoknya dilarang!

Benarkah begitu?

Tetralogi menceritakan Jawa pada 1890-1920--sebuah masa yang rusuh oleh ide-ide besar di seluruh dunia. Rusia, terutama, ketika itu juga sedang kisruh menyongsong Revolusi Oktober 1917. Marxisme dipertentangkan dan diragukan penerapannya, lalu muncullah revisionisme, Bolsyewik, Mensyewik, dan teori dua tahap revolusi dari teoretikus Marxis: Georgi Plekhanov. Lenin dari Bolsyewik, meski menyerang dan meradang dari persembunyian, tulisan-tulisannya juga pada akhirnya makin mengukuhkan teori dari orang yang disebutnya oportunis itu, dengan lebih radikal.

Menurut Plekhanov, untuk menuju masyarakat komunis yang tanpa kelas dan penindasan, Rusia harus menempuh dua tahap revolusi. Tahap pertama adalah beralihnya feodalisme dari tangan Tsar menjadi tatanan kapitalisme. Petani harus diberi tanah untuk melahirkan para borjuis sehingga buruh jadi banyak. Para Marxis percaya, kapitalisme akan lapuk dan membusuk dengan sendirinya. Setelah itu masuk revolusi tahap kedua, yakni tampilnya kaum buruh dan petani--yang telah dibekali kemampuan revolusi oleh para intelektual dan aktivis partai--mengambil alih tatanan dari kelas borjuis yang menindas mereka.

Agaknya ada yang beririsan antara teori Plekhanov dengan apa yang terjadi dalam novel tetralogi Buru. Minke begitu sewot ketika dipanggil ayahnya harus merangkak dan merunduk. Bumi Manusia menceritakan perkenalan pertama Minke, seorang ningrat Jawa, dengan rasionalisme Eropa. Anak Bupati B ini bertekad mengubah tatanan feodalisme yang irasional itu. Lalu muncullah Nyai Ontosoroh.

Nyai yang dulunya bernama Sanikem itu tampil menyedot perhatian. Ia lihai mengurus pabrik gula peninggalan suaminya yang orang Belanda--karena itu ia punya buruh, tahu perkembangan ilmu pengetahuan, bijak dengan pesan moral, bahkan "membaca novel-novel Eropa sebelum berangkat tidur". W.S. Rendra menjuluki Ontosoroh sebagai "prototipe ibu-ibu Menteng". Pendeknya, Nyai adalah seorang borjuis baru. Feodalisme, begitu tesis Minke, bisa runtuh jika orang Indonesia bersentuhan dengan semangat Revolusi Prancis. Satu aforisme yang terkenal dari Bumi Manusia adalah, "Seorang terpelajar harus adil sudah sejak dalam pikiran."

Tapi akhirnya Minke dan Ontosoroh kalah. Minke kehilangan istrinya--anak bungsu Nyai--yang sangat dipuja, Annelies Mellema, sementara Ontosoroh kehilangan pabrik gula dan seluruh harta juga harga diri sebagai pribumi karena dirampas anak sah suaminya. Pada Anak Semua Bangsa, Minke mulai meninggalkan Surabaya karena bersekolah dokter ke STOVIA di Betawi.

Pada dua jilid terakhir kebangkitan nasionalisme baru menemukan bentuknya. Minke menikah dua kali lagi. Yang pertama dengan gadis Cina, lalu dengan putri Maluku. Keduanya aktivis tulen. Minke sering ditinggal karena istrinya lebih banyak sibuk di organisasi. Dalam Jejak Langkah, Minke kian aktif di syarikat seraya terus menulis menyuarakan jerit lirih bangsa terjajah. Gerakan-gerakan politik bawah tanah jauh lebih hidup dibanding dua jilid pertama tetralogi.

Dalam Rumah Kaca, tatanan sosialis, sebagai peralihan menuju komunisme, mulai terbangun. Gerakan politik mulai surut. Peran Minke sudah banyak berkurang. Pencerita bahkan berganti ke mata Pangemanann-seorang intel Belanda yang khusus diutus mengamati segala gerak-gerik Minke. Hindia Belanda digambarkan terperangkap dalam rumah kaca yang segalanya bisa ditelisik dan dikendalikan penjajah.

Kondisi Hindia tentu lain dengan Rusia. Indonesia remuk dijajah Belanda (tapi karena itu pula Minke--kita--berkenalan dengan adat Eropa), sementara Rusia hancur karena berperang dengan Jerman. Pram juga tak menyinggung sama sekali soal perkembangan yang terjadi di Eropa Timur, kiblat komunisme itu. Komunisme yang ideal pun tak tercapai dalam keduanya, baik di Rusia maupun dalam tetralogi.

Di Rusia, komunisme gagal karena Lenin terlalu memaksakan revolusi ke dalam masyarakat yang belum siap. Kapitalisme pun dirindukan dan bangkit kembali 70 tahun kemudian. Di Indonesia dalam tetralogi, komunisme itu gagal karena belum adanya kesepahaman cita-cita bersama menghalau penjajah. "Kita ini bangsa yang kalah," kata Pram, suatu ketika.

Mungkin terlalu jauh membandingkan Rusia dengan setting Indonesia dalam tetralogi. Barangkali juga, plot tetralogi adalah jalan ideal yang ditempuh Indonesia dalam pandangan Pram dan para tokoh nasionalis awal.

Dalam pelbagai wawancara dan tulisannya, Pram selalu menolak disebut komunis. "Saya penganut ideologi Pramisme," katanya. Dari Rusia dia hanya terpesona kepada realisme-sosialis, metode sastra yang diusung oleh penulis Marxis Rusia, Maxim Gorki. Dari Gorki pulalah semangat Pram terus bergelora merekonstruksi sejarah Nusantara dalam novel-novelnya. "Rakyat harus tahu sejarah," itulah kalimat Gorki yang terus mengiang di telinga Pram dan menjadi rohnya dalam menulis.

Dengan atau tanpa komunisme dalam tetralogi, tak menyurutkan karya ini sebagai novel besar dan hebat, novel yang kompleks dan ajek dalam struktur, tertib, dan terarah, meski minim humor.

Dengan atau tanpa komunisme pula, tak sepatutnya novel ini diberangus, justru wajib dibaca, terutama oleh orang muda. "Saya menulis novel-novel ini untuk anak muda," kata Pram, begitu selalu ia mengulang, sebelum jasadnya dibaringkan di Karet, 30 April silam.

Koran Tempo, 7 Mei 2006

Sunday, May 07, 2006

R UNTUK RANDU

Kenapa ada huruf R dalam alfabet kita? R sudah pasti buatan orang dewasa, karena tak ada bayi yang langsung bisa melafalkan huruf itu. Juga "adiknya", L. Apa yang akan terjadi seandainya tak ada dua abjad itu? Pasti tak ada perang dan korupsi. Karena yang ada hanya peang dan koupsi.

R dan L menandakan bahwa kita memang berubah. Kita lupa kapan pertama kali melafalkan huruf R atau L. Tapi lafal hanya soal lidah, karena konsep huruf R pasti sudah ada sejak sebelum kita bisa melafalkannya. Mikail, misalnya, selalu bilang "pankin" untuk "parkir" ketika ia mengajak ngobrol dan melihat ada mobil masuk garasi atau berjalan mundur; menyebut namanya sendiri "mikain yandu" kepada orang yang baru bertemu jika kenalan. Di kepalanya, saya agak yakin, ia pasti ingin mengatakan "parkir" atau "mikail randu".

Ensiklopedia tak menyebut apakah bayi-bayi di Romawi--tempat huruf latin bermula--sudah bisa melafalkan huruf R atau L begitu mulai bisa bicara. Jika tidak, sudah pasti, huruf memang disusun oleh orang yang sudah bisa melafalkan dan merasa perlu ada huruf R atau L, karena ada benda, istilah, nama-nama yang memerlukannya. Sebab, ketika jumlah huruf belum genap 26 (masih 21, belum ada huruf J, U, W, Y dan Z) huruf R dan L sudah masuk susunan alfabet Latin.

Di semua bahasa, Latin atau bukan, huruf R atau L juga sudah nangkring. Dalam bahasa Arab R berwujud "kaf", dalam abjad Jawa ada "ra", dan seterusnya. Di Krui, pesisir Lampung Barat, huruf R dilafalkan dengan "grha"--huruf ini muncul dari dalam tenggorokan. Sehingga orang di sana menyebut Krui bukan dalam alfabet biasa, tapi "K-grh-u-i". Coba lafalkan. Sampai sekarang saya selalu salah mengucapkannya. Tapi dalam obrolan bahasa Indonesia biasa, orang Krui mengucapkan R kembali ke bunyi alfabet Latinnya.

Ada beberapa teman yang cadel, meskipun cadel ternyata tak cuma melanda huruf R. Ada orang yang cadel F, S dan T. Tapi mereka jadi kreatif mencari sinonim dari kata atau istilah yang susah diucapkan. Misalnya, ada teman yang konsisten menyebut Bogor sebagai kota hujan. Jika ada yang bertanya, "Kuliah di mana dulu?" Ia akan menjawab, "Di kota hujan." Tak ada kota lain yang berjuluk ini di Indonesia. Meskipun jadi lucu, karena sering juga ia tak sadar omong terus dan menerabas rambu-rambu "R". Kalau sadar ia berhenti sendiri. Untung ia tak minder. "Ah, saya cuma sedikit pemalu," katanya.

Ada film "Novel Tanpa Huruf R". Tapi ia tak mengungkai bagaimana jadinya jika hidup ini tak dilengkapi dengan huruf R. Mungkin hanya kekerasan dan kekacauan yang terjadi, seperti yang ingin digambarkan sutradaranya. Entahlah. Stephen King punya novel Misery yang menceritakan usaha seorang penulis lepas dari tawanan pemujanya setelah sebuah kecelakan yang membuatnya lupa segala. Si penulis ini diminta menulis novel oleh si pemuja di bawah ancaman pembunuhan dengan mesin tik yang tak ada tombol N. Ketika novel itu jadi, setiap kata yang memerlukan N kosong. Misalnya, NIGHT hanya ditulis IGHT. Tapi novel toh jadi dan hidup berjalan terus, sampai si penulis ini selamat dari terkaman pemujanya ini.

Apa yang terjadi seandainya dunia ini tanpa huruf R? Apakah hidup kita seperti bayi? Rasanya tidak juga. Tak seru. Walaupun mungkin hanya tak ada internet dan blogger.com. Sebab, kalau ya, sia-sialah Tuhan menciptakan kita.

Tuesday, May 02, 2006

PRAM

Pramoedya Ananta Toer meninggal 30 April pagi dalam usia 81 tahun 2 bulan 24 hari. Ia lahir 6 Februari 1925. Pram telah mengisi usianya yang panjang itu nyaris tanpa jeda: hidupnya selalu rusuh karena ulah pikiran-pikirannya.

Pram tak henti berpikir. Namanya selalu menghias media massa dengan gemuruh dan gelisah yang tak sudah-sudah. Omongannya tetap tegak keluar dari tubuhnya yang kian renta. Setegak itu jugalah kalimat-kalimat yang keluar lewat jari-jarinya.

Cerita-cerita Pram adalah cerita-cerita yang tak berhasrat aneh-aneh. Kisahnya amat konvensional dengan plot yang sederhana. Tak perlu "persiapan" khusus membaca Pram. Karena itu di zaman ini ketika teknik bercerita kian bertambah rumit dan unik, novel-novel Pram terasa amat biasa dalam bentuknya. Pram memang lebih mementingkan isi.

Gelora menulisnya terus berkobar karena satu niat yang terus terngiang sejak membaca Gorki: orang banyak harus tahu sejarahnya. Karena itu pula ia mengusung realisme sosialis--apa yang dicetuskan Gorki--untuk menyampaikan sekelumit sejarah alternatif dari sejarah resmi yang sudah dirumuskan negara. Bagi dia, realisme sosialis dalah satu-satunya cara untuk menyokong pentingnya sejarah itu.

Membaca novel-novel Pram adalah membaca cerita yang lurus, tertib, terarah. Ceritanya berasal dari sebuah ide yang sudah tersusun dengan pasti. Karena itu cerita Pram juga minim humor.

Tapi ini jika kita adalah pembaca yang murung. Ketika seorang penulis bertanya kepada Albert Camus, "unsur utama apa yang termuat dalam cerita-cerita anda?", ia menjawab: humor! Sebuah jawaban yang menggelikan karena kita tahu rasanya tak ada humor dalam buku-buku Camus.

Begitu juga Pram. Humor Pram adalah cara bercanda yang getir. "Karena kita bangsa yang kalah," katanya, suatu ketika. Ia menulis sosok Minke yang kalah dalam pelbagai segi oleh anak sah Herman Mellema, bangsa yang telah menjajah sekaligus mengenalkan semangat Eropa. Minke kalah karena terlalu mengagungkan rasionalisme Barat lalu percaya bahwa hanya cara Eropalah yang bisa mengubah negerinya yang kolot. Minke bahkan kalah karena menganggap perempuan blasteran--lewat Anellies Mellema dan Ratu Wilhelmina--sebagai perempuan yang punya fisik sempurna. Mental terjajah seperti ini sangat pas menggambarkan dengan telak kekalahan pribumi saat dan pascakolonial. Dalam Arus Balik kekalahan Nusantara lampau itu bahkan tak perlu dijelas-jelaskan lagi.

Pram adalah seorang intelektual publik yang sebenar-benarnya. Buah-buah pikirannya sampai lewat buku-buku. Agaknya ia dikenang karena itu. Tak banyak di Indonesia ini, seorang yang bergelar intelektual mau bergelimang keringat merumuskan ide-ide dalam tulisan. Ada banyak intelektual publik kita yang terkenal tapi mereka nol buku. Nurcholish Madjid tak sejudul buku pun ia tinggalkan sampai meninggal. Buku-bukunya hanya kumpulan-kumpulan tulisan yang berserakan dalam berkala-berkala.

Ada HAMKA yang tekun menulis. Juga Hatta dan Soekarno. Tapi di zaman kini, Pram adalah sebuah anomali, kekecualian karena hingga nyawa tercerabut dari jasadnya ia masih menyiapkan ensiklopedi nusantara yang sudah lama disiapkan.

Membaca hidup Pramaoedya Ananta Toer adalah membaca serentetan headline yang tak putus-putus. Kepongahan sikapnya, keteguhan hatinya, membuat Pram kian terasa penting sekaligus asing. Ia menolak memaafkan rezim yang telah menindasnya. Ia ogah melupakan peristiwa pahit yang telah menimpanya. Ia cemooh orang-orang yang telah memaafkan sikap dan tabiatnya ketika ia pada suatu masa juga pernah menista mereka.

Pram mungkin akan segera menjadi ikon pop. Ikon yang semakin terasa sekeluar ia dari Pulau Buru. Orang merasa gagah jika sudah membaca Pram. Ia mungkin akan seperti Che Guevara--dikagumi dan dikultuskan lalu dilupakan cita-cita dan pikiran-pikirannya. Pram pada akhirnya menjadi sebuah merk.